Saudia Airlines Diancam Bom: Polri Minta Bantuan FBI Telusuri Jejak Digital
Situasi keamanan penerbangan internasional kembali diuji setelah maskapai Saudia Airlines menerima ancaman bom yang disampaikan melalui surat elektronik (email). Ancaman tersebut langsung mengundang perhatian otoritas keamanan, termasuk Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang bertindak cepat dan menggandeng Biro Investigasi Federal (FBI) dari Amerika Serikat untuk mengusut tuntas kasus ini.
Ancaman Lewat Email, Penerbangan Dihantui Teror
Email berisi ancaman peledakan terhadap penerbangan Saudia Airlines tersebut diterima beberapa waktu sebelum pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Pihak maskapai dan pengelola bandara segera berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Seluruh penumpang dan awak dievakuasi, sementara pesawat ditahan dan diperiksa dengan sistem keamanan tingkat tinggi.
Meski hasil pemeriksaan tidak menemukan bahan peledak, ancaman tersebut tidak dianggap enteng. Polri menyatakan bahwa siapa pun yang menyebarkan teror—meski tidak terbukti secara fisik—telah menimbulkan kepanikan dan gangguan serius terhadap ketertiban umum dan keselamatan penerbangan.
Kolaborasi Internasional: FBI Turun Tangan
Karena ancaman dikirim melalui email dengan sumber yang diduga berasal dari luar negeri, Polri langsung berkoordinasi dengan FBI. Menurut pernyataan resmi, bantuan FBI diperlukan untuk melacak jejak digital si pelaku, termasuk lokasi pengiriman, perangkat yang digunakan, hingga kemungkinan keterkaitan dengan jaringan kriminal atau terorisme internasional.
Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Indonesia dalam menindak tegas kejahatan siber lintas batas dan menunjukkan bahwa kerja sama internasional masih menjadi elemen penting dalam menjaga keamanan global.
“Ini bukan hanya soal satu negara. Ancaman terhadap maskapai asing di tanah kita harus disikapi dengan kerja sama yang kuat, agar pelaku tidak bisa bersembunyi di balik dunia maya,” ujar juru bicara Polri.
Terorisme Siber: Ancaman Nyata di Era Digital
Kasus ini menambah daftar panjang insiden ancaman digital yang menyasar sektor transportasi udara. Dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sistem penerbangan, email hoaks bom, hingga gangguan pada kontrol lalu lintas udara semakin meningkat. Para pelaku memanfaatkan celah teknologi untuk menyebar kepanikan atau mengeksekusi motif tertentu—baik itu ideologis, politis, maupun finansial.
Meskipun banyak dari ancaman tersebut terbukti tidak nyata secara fisik, dampaknya terhadap psikologis publik dan operasional penerbangan sangat signifikan. Penerbangan bisa tertunda berjam-jam, ratusan penumpang terkena dampaknya, dan kepercayaan terhadap sistem keamanan pun bisa terkikis.
Komitmen Penegakan Hukum
Polri memastikan bahwa pihaknya akan terus menelusuri jejak pelaku hingga tuntas. Dengan bantuan FBI, diharapkan investigasi ini bisa menjangkau area hukum yang lebih luas dan membawa pelaku ke meja hukum. Ancaman bom, apalagi yang melibatkan maskapai internasional, tidak bisa ditoleransi dalam bentuk apa pun.
Masyarakat juga diminta untuk tetap tenang namun waspada. Pemerintah Indonesia dan otoritas penerbangan internasional terus memperkuat sistem pengawasan dan keamanan bandara untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.
Ancaman bom terhadap Saudia Airlines menunjukkan bahwa kejahatan digital kini telah memasuki ranah yang sangat sensitif: keselamatan penerbangan. Kolaborasi Polri dan FBI menjadi bukti nyata bahwa melawan terorisme dan ancaman dunia maya bukan hanya tugas satu negara, tetapi tanggung jawab bersama komunitas internasional.