Hemat Rp98 Juta dalam 60 Menit: Pemadaman Lampu Jakarta Jadi Sorotan
Langkah tak biasa yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka efisiensi energi dan kampanye kesadaran lingkungan kini menarik perhatian publik. Hanya dalam waktu satu jam pemadaman lampu di sejumlah titik, Pemprov mengklaim berhasil menghemat biaya listrik hingga Rp98 juta. Klaim ini sontak menimbulkan diskusi hangat di berbagai kalangan—antara apresiasi dan skeptisisme.
Aksi Sejam untuk Bumi
Aksi pemadaman lampu ini dilakukan serentak di berbagai fasilitas umum, kantor pemerintahan, dan area komersial yang dikelola oleh Pemprov Jakarta. Kegiatan tersebut diklaim sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap upaya pengurangan konsumsi energi dan emisi karbon, selaras dengan semangat kampanye global seperti Earth Hour.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan bahwa hasil penghematan sebesar Rp98 juta diperoleh dari penurunan beban listrik selama pemadaman berlangsung, sekaligus sebagai simbol efisiensi yang bisa dilakukan bersama.
“Ini bukan sekadar mematikan lampu, tapi membuktikan bahwa penghematan energi bisa dilakukan jika semua pihak berkomitmen,” ujarnya dalam konferensi pers.
Respons Publik: Apresiatif tapi Juga Kritis
Meski banyak pihak mengapresiasi inisiatif ini, terutama kalangan pegiat lingkungan, tidak sedikit pula yang mempertanyakan berapa lama efek positifnya bisa bertahan. Beberapa netizen menyuarakan bahwa aksi simbolik seperti ini seharusnya diikuti dengan langkah konkret jangka panjang seperti penggantian lampu jalan dengan LED hemat energi, manajemen energi gedung pemerintah, serta edukasi publik soal konsumsi listrik rumah tangga.
“Kalau bisa hemat hampir 100 juta dalam sejam, bayangkan jika efisiensinya diterapkan secara sistematis setiap hari,” tulis salah satu pengguna media sosial.
Lebih dari Sekadar Angka
Pemerintah DKI menegaskan bahwa nilai hemat yang ditampilkan bukan semata-mata angka rupiah, melainkan pesan bahwa perubahan kecil bisa menghasilkan dampak besar jika dilakukan bersama. Selain itu, pemadaman ini disebut juga memberi efek psikologis—mengajak warga merenung sejenak soal ketergantungan kita terhadap energi.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Jakarta menuju kota berkelanjutan, sejalan dengan target pengurangan emisi karbon 30% pada tahun 2030, sebagaimana termaktub dalam Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
Pemadaman lampu selama satu jam mungkin terlihat sederhana, namun ketika dikalkulasikan, efek ekonominya tidak bisa dipandang remeh. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjadikan penghematan energi bukan hanya sebagai aksi tahunan, tetapi sebagai kebiasaan harian. Aksi simbolik ini bisa menjadi awal dari transformasi energi kota menuju arah yang lebih hijau dan hemat.